Kamis, 11 Juni 2015



Pertanian Bawang Merah No Pestisida
Kehadiran alat pembasmi hama modern semakin membuat petani lega. Kali ini alat perangkap hama kaper bawang merah bertenaga matahari buatan anak negeri diuji coba di Nganjuk, Jawa Timur.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas utama pertanian di kabupaten Nganjuk. Tak heran banyak dijumpai persawahan bawang merah di kabupaten Nganjuk. Seiring berkembangnya waktu, dituntut adanya teknologi modern yang mampu memberi solusi masalah pertanian yang efektif, aman, murah dan ramah lingkungan. Seperti yang kita tahu bahwa pertanian bawang merah akrab dengan pestisida yang sebenarnya merupakan racun bagi kesehatan. Pestisida yang disemprotkan pada tanaman akan masuk secara difusi melalui pori-pori tanaman atau diserap melalui akar. Zat-zat berbahaya yang diserap ini akhirnya terakumulasi dan ditimbun pada bawag merah yang selanjutnya dapat masuk ke tubuh manusia lewat proses pencernaan.
“Saat ini bawang merah Nganjuk belum bisa masuk ke pasar dunia, jadi pemasaran bawang merah Nganjuk hanya untuk pasar lokal. Ini karena bawang merah Nganjuk belum lolos uji kadar zat residu pestisida yang masih tinggi,” kata Muhadi, Ketua Kelompok Tani di dukuh Bringin, Nganjuk yang ditemui penulis di kediamannya, Nganjuk.
Menanggapi hal tersebut salah satu tim PKM-Penerapan Teknologi yang diketuai oleh Mohamad Adi Irawan, mahasiswa semester 4 Teknik Kelistrikan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) membuat alat Yellow Lighting Insect Trap yang merupakan alat pembasmi hama kaper dengan energi matahari yang hemat energi dan nilai pencemaran alat ini sama dengan nol. Alat ini dilengkapi juga dengan pengaman dari sentuh listrik dan hubung singkat. Diharapkan alat ini mampu menjadi pilihan lain bagi petani bawang merah dalam membasmi hama ulat dan meninggalkan pestisida yang berbahaya.
“Saya berharap penelitian tim ini mendapatkan hasil yang maksimal, sehingga dapat berguna bagi para petani bawang merah. Harapannya kedepan jika alat ini berhasil semoga ada kerja sama dengan dinas pertanian sehingga alat ini dapat diproduksi masal dengan harga yang dapat dijangkau petani,” imbuh Muhadi.
Saat ini permintaan akan bahan pangan organik semakin meluas. Diawali dari Eropa kini Australia an Asia juga sedang melirik pertanian organik. Sebagai negara agraris hal ini merupakan pangsa pasar yang cukup menjanjikan jika dikelola dengan baik. Untuk pembangunan pertanian diperlukan kerja sinergis antara petani dan dinas-dinas yang terkait. (dps)