BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berbagai kegiatan
termasuk kegiatan ilmiah, manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk
berkomunikasi. Secara umum sudah diketahui bahwa bahasa merupakan alat
untuk berkomunikasi, alat mengidentifikasikan diri, ataupun alat untuk
berinteraksi dengan masyarakat. Di samping itu, bahasa juga digunakan sebagai
alat bernalar. Hai ini berlaku juga untuk bahasa Indonesia.
Penguasaan bahasa
Indonesia secara bauk dan benar belum dimiliki oleh seluruh pengguna bahasa
Indonesia. Begitupula halnya dengan mahasiswa, belum menguasai penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal mahasiswa dituntut untuk mampu membuat
karangan ilmiah. Sebuah karangan dikatakan ilmiah apabila menggunakan bahasa
Indonesia yang baku dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia.
Jika
kita memiliki gagasan, gagasan itu dapat diungkapkan dalam satuan-satuan bahasa
seperti kata, kalimat, dan paragraf. Karya ilmiah merupakan serangkaian gagasan
seseeorang atau lebih yang dituangkan dalam satuan-satuan bahasa tersebut.
Apabila satuan bahasa yang digunakan tidak tepat penggunaanya maka akan
berpengaruh pada kejelasan gagasan yang hendak disamapaikan melalui tulisan,
kesalah pahaman, ataupun kesalahan dalam penafsiran. Pada kenyataannya, dalam
karangan ilmiah serin dijumpai kesalahan dan ketidaktepatanan penggunaan satuan
bahasa, dalam hal ini penggunaan satuan bahasa Indonesia baku. Kesalahan yang
sering kita jumpai antara lain dari segi ejaan, diksi, pemakaian kalimat,
ataupun paragraph.
Berdasarkan hal ini lah
kami menyusun makalah tentang penggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam
kegiatan menulis.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apakah
pengertian bahasa Indonesia ragam ilmiah?
b.
Apakah ciri
dan karakteristik bahasa Indonesia ragam ilmiah?
C.
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui tentang definisi bahasa Indonesia ragam ilmiah
b.
Untuk
mengetahui ciri dan karakteristik bahasa Indonesia ragam ilmiah
D. Manfaat
1.
Teoritis
Sebagai
tambahan wawasan tentang bahasa Indonesia ragam ilmiah serta memahami ciri dan
karakteristiknya sehingga dapat diterapkan dalam penggunaanya.
2.
Praktis
a.
Bagi pelajar
Sebagai sarana atau sumber
belajar untuk lebih paham tentang ragam bahasa ilmiah
b.
Bagi pengajar
Sebagai salah satu rujukan
pemberian informasi kepada peserta didik tentang pemahaman ragam ilmiah.
BAB
II
PENGERTIAN
BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
A.
Pengertian
dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam ilmiah
Bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks ini
akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan. Oleh karena itu
mahasiswa didasarkan bahwa dalam dunia akademi/ilmiah, ragam bahasa Indonesia
yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memliki cirri khas : cendekia, lugas
dan jelas, menghindari kalimat fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan
objektif, ringkas dann padat, dan konsisten.
Bahasa
Indonesia ilmiah merupakan bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah.
Mengapa misalkan bahasa Indonesia ini ddigunakan dalam karya ilmiah. Hal itu
dikarenakan bahwa :
Karya
ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian,
dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh
karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus
dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran
tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca
akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita
menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya
ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Noerzisri A mengatakan
dengan jelas bahwa karakteristik bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah sebgai
berikut :
1.
Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus
benar sesuai dengan kaidah pada bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan
maupun tata bahasa (pembentukan kata, frase, klausa, kalimat, dan paragraf)
2.
Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan
fakta atau dapat diterima akal sehat (logis)
3.
Ide yang dingkapkan harus tepat dan hanya
mengandung satu makna. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata dan
penyusunan struktur kalimat. Jadi, kalimat yang digunakan harus kalimat
efektif.
4.
Kata yang dipilih harus bernilai denotatif
(kata dengan makna sebenarnya)
5.
Ide yang digunakan dalam kalimat harus padat
isi. Oleh karena itu penggunaan kata dalam kalimat seperlunya tapi dengan
pemilihan yang tepat
6.
Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea
harus lugas, langsung menuju pada sasaran.
7.
Unsur ide dalam kalimat atau alinea diungkapkan
secara runtun dan sistematis
8.
Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas
sehingga menimbulkan salah tafsir
Dari penjabaran ciri di
atas terlihat bahwa kaidah bahasa, pilihan kata, dan ide yang diungkapkan
merupakan satu kesatuan utuh. Kejelasan dan ketepatan pengungkapan ide sangat
bergantung pada keutuhan ketiga unsur tersebut. (Noerzisri A, 2006 : 9)
Menurut Brotowidjojo
disebutkan beberapa karekteistik bahasa Indonesia ragam ilmiah, yaitu :
1.
Bahasa Indonesia yang bersifat cendikia artinya
bahasa Indonesia yang digunakan secara tepat mampu mengungkapkan hasil
berfikir logis, yakni mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama.
2.
Bahasa Indonesia yang bersifat lugas. Paparan
yang lugas akan menghindari salah paham dan salah tafsir isi kalimat, jadi
penulisan yang bernada sastra perlu dihindari. (Brotowidjojo,1988 : 16)
Dari dua pendapat di
atas dapat kita simpulkan bahawa ciri dari bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah
:
1.
Cendikia
2.
Lugas dan jelas
3.
Formal dan objektif
4.
Ringkas dan padat
5.
Konsisten
B.
Ciri-ciri
atau Karakteristik Dari Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
1. Cendekia
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang
cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan
yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga
suku-suku kalimatnya sama dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah
kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan
kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam
kalimat yang mewadahinya.
Berikut ini adalah contoh kalimat
cendekia:
(1) Kemajuan informasi pada era globalisasi
ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
dan moral bangsa Indonesia.
(2) Pada era globalisasi informasi ini
dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.
Contoh kalimat (2) di atas secara
jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap
secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan
dan keseksamaan penggunaan kata. Karena
itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan dengan muatan isi pesan yang akan disampaikan.
(3) (4)
pemaparan paparan
pembuatan buatan
pembahasan bahasan
pemerian perian
Kata-kata pada contoh (3)
menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil.
Dalam pemakaian bahasa ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut
perlu dilakukan secara cermat. Kalau paparan itu mengacu pada proses, kata-kata
yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu mengacu
pada hasil, kata·kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (4).
(5) Karena sulit, maka pengambilan data
dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks
adalah pusat otak yang paling rumit.
(6) Karena sulit, pengambilan data dilakukan
secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak
yang paling rumit.
Kecendekiaan juga berhubungan
dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata
itu tidak terjadi pemborosan kata, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan
kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk pemborosan kata. Oleh sebab itu,
kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh (6).
(7) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas .
Meskipun sudah diuraikan,
papararnya belum jelas .
Paparannya sudah diuraikan, namun
belum jelas.
(8) Mulai sejak penentuan masalah penelitian itu tidak jelas arahnya.
Mulai penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya.
Sejak penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya.
Kerancuan pilihan kata dalam
artikel ilmiah perlu dihindari. Kerancuan pilihan kata pada umumnya terjadi karena dua struktur kalimat yang digabung
menjadi satu. Untuk membetulkannya
perlu dikembalikan pada struktur asal.
Pilihan kata meskipun dan namun serta
mulai dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan
pada struktur asal sebagaimana contoh (8).
(9). Peneliti terdiri orang-orang yang mewakili lembaga.
Hubungan rumusan masalah dengan
simpulan tidak cocok.
(10). Peneliti terdiri atas orang·orang yang mewakili
lembaga.
Hubungan rumusan masalah dan
simpulan tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis
perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak
pada contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh
(10).
2.
Lugas
dan Jelas
Sifat
lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan
ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara
langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa
Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan
isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan
mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan
yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan
muncul pada kalimat yang sangat panjang.
Berikut adalah contoh kalimat
lugas :
(1) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena
getahnya oleh ulah sebagian, anak-anak
mempunyai tugas yang tidak bisa
dikatakan ringan.
(2) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena
akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai
tugas yang berat.
Kalimat
(1) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak
pada pilihan kata kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan.Kedua ungkapan
itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas.Kedua ungkapan itu dapat
diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat
(2).
Berikut
adalah contoh kalimat jelas :
(3) Penanaman
moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari penanaman moral di
rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang
merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang
moral Paneasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran
Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.
(4) Penanaman moral di sekolah
sebenarnya merupakan kelanjutan dari
penanaman moral di rumah. Penanaman moral di Sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran
Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis
karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila. Di samping itu, penanaman
moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran
Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.
Contoh
(3) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat
terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan
antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (4), kalimat-kalimatnya pendek
sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas. Ini tidak berarti bahwa
dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat panjang.Kalimat panjang
boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat sehingga hubungan
antargagasan dapat diikuti secara jelas.
Untuk
membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan
dituangkan ditata secara sistematis. Dengan
tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam
sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan
dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah
kalimat.Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah
kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (3) berisi
gagasan yang tidak dapat diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (3)
perlu dipecah sebagaimana tertera pada
kalimat (4).
(5) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk segenap lapisan
masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya
teknologi mutakhir.
(6) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk seganap lapisan
masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir.
Contoh
(5) berikut merupakan contoh
pengungkapan gagasan yang salah. Gagasan pada contoh (5) seharusnya diungkap
sebagaimana contoh (6).
3.
Menghindari
Kalimat Fragmentaris
Bahasa
Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris.
Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara
lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa
kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.
4. Bertolak dari Gagasan
Bahasa
ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah
mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada
gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya,
kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat
aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Berikut
adalah contoh kalimat bertolak dari gagasan :
(1) Dari uraian tadi penulis dapat
menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
(2) Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
Contoh
kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata
penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (2) berorientasi
pada gagasan dengan menyembunyikan
kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan
menggunakan kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak
berorientasi pada gagasan juga perlu
dihindari. Oleh sebab itu,
paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu dihindari.
(3)
Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam
pananaman moral Pancasila.
(4) Perlu
diketahui bahwa pandidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam
pananaman moral Pancasila.
Contoh
(3) merupakan penyempurnaan dari contoh (4) yang berorientasi pada pelaku bukan
penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat aktif tidak
boleh digunakan dalam karangan ilmiah.
5. Formal
Bahasa
yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan
bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan
kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh
sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal
dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan
predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi,
dan tampilan esei formal.
Berikut
adalah contoh dari kata formal dan informal:
(1) Kata Formal (2) Kata Informal
Berkata Bilang
Membuat Bikin
Hanya Cuma
Memberi
Kasi
Bagi
Buat
Daripada
Ketimbang
6. Objektif
Bahasa
ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan
kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif.
Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan
hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga
diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif
tidak digunakan.
Berikut
adalah contoh kalimat objektif
(1) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti
betapa besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari
paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut.
(2) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti
besarnya peranan oraug tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan
tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
Hadirnya
kata betapa dan kiranya pada contoh
(3)
Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti
diawali adanya masalah.
(4)
Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali
adanya masalah.
Kata-kata
yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.
Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu
dihindari. Penulisan kalimat (3)
berikut perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional. Penulisan kalimat yang tidak subjektif tampak pada
contoh (4).
7. Ringkas dan Padat
Sifat
ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang
mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat
merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa.
Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang
terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan
kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya
kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
Berikut
adalah contoh kalimat ringkas dan padat
(1) Nilai
etis di atas menjadi pedoman bagi setiap
warga negara Indonesia.
(2) Nilai
etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar
pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.
Contoh
berikut termasuk bahasa ilmiah yang
ringkas/padat, sedangkan contoh (2) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya
kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan
kehidupan pada kalimat (2) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan demikian,
hadirnya kata-kata tersebut mubazir.
(3) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan.Artinya,
pelaksanaan proyek itu sudah benar.Isu negatif yang selama ini berkembang tidak
benar.
(4) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak benar.
Keringkasan
dan kepadatan panggunaan bahasa tulis ilmiah tidak hanya ditandai dengan tidak adanya kata-kata yang berlebihan,
tetapi juga ditandai dengan tidak adanya
kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam artikel ilmiah. Contoh (3) dan (4) berikut dapat memperjelas keringkasan dan kepadatan bahasa tulis
ilmiah. Hadirnya kalimat yang dicetak miring pada contoh (3) tidak memberi
tambahan makna yang berarti.Dengan
demikian, kalimat itu perlu dibuang
sebagaimana contoh (4).
8. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam
bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa,
tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan
secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan
tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu,
apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah
Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.
Berikut
adalah contoh kalimat konsisten :
(1)
a.
Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha
angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.
b.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi
mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
(2)
a.
Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan
kendaraan yang cukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua
kendaraan ekstra.
b.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia.
Untuk mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
Contoh
(2) tidak konsisten dengan kaidah yang
berlaku. Sementara itu, contoh yang konsisten adalah contoh (1).
C.
Ciri-ciri
penggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam penulisan karya ilmiah sebagai
berikut :
1)
Baku. Sturuktur bahasa yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku, baik mengenai struktur bahasa
kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang
sesuai dengan kaidah ejaan.
2)
Logis. Ide atau pesan yang disampaikan
melalui bahasa indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
3)
Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan
pada kalimat dapat diukur secara pasti. Perhatikan contoh di bawah ini:
4)
Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai
dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung
makna ganda..
5)
Denotatif yang berlawanan dengan
konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan
tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.
6)
Runtun. Ide diungkapkan secara teratur
sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea
atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu
pokok bahasan.
Contoh
:
Berbahasa adalah
aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan
berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam
berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada
kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya,
inpterpretasi-interpretasi lainnya terhadap tindakan lawan bicara. Setiap peserta
penutur bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah
kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
program makalah ragam bahasa ilmiah tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa
program ini dapat menyesuaikan apa yang dimaksud permintaan para pembaca,
sehingga bisa meningkatkan mobilitas evaluasi pada pemahaman ragam bahasa
ilmiah.
Ragam bahasa ilmiah ini bisa dimanfaatkan
untuk program-program tertentu lainnya contohnya program disertasi pasca
sarjana yang melibatkan secara khusus pendalaman soal-soal materi tentang ragam
bahasa ilmiah yang dimana dibutuhkan dari suatu makalah-makalah tertentu untuk
melengkapi program disertasi tersebut.
3.2 Saran
Serangkaian
dari ragam bahasa karya tulis ilmiah, dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
menentukan apa isi dan tujuan dari ragam bahasa ilmiah tersebut sehingga bisa
mengevaluasi apa yang dicantumkan pada ragam bahasa ilmiah. Suatu kecondongan
globalitas juga merupakan rangkain yang mengalami penurunan drastis yang
menyebabkan penyimpangan pada program ragam bahasa ilmiah.
Makalah
ini juga berusaha menyimpulkan apa yang terdapat pada ragam bahasa ilmiah,
sehingga mampu meminimalisir apa isi dari ragam bahasa ilmiah tersebut. Oleh
karena itu kami selaku tim penyusun dari kelas Ship Building Electrical
Enginering 1A mengharapkan dukungan serta saran yang sangat bermanfaat bagi tim
penyusun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Segenap
dari tim crew kami, kami meminta maaf jika terjadi kesalah pahaman atau
pengejaan yang kurang spesifik dan kami selalu menerima kritik dan saran agar
menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Terima kasih
Daftar
pustaka
http://rasydinsjatry.blogspot.com/2013/04/bahasa-indonesia-ragam-ilmiah_162.html
mkasih gan ,,, postingan ragam-bahasa-ilmiah , yang bagus dan bermanfaat ini layaknya di share ajja ,, nih saya bantu ngeshare ,, ,, jgn lupa kunbal nya pulsagratisandroidku.blogspot.com terimakasih skali lagi gan , maju terus blog nya ,,, !
BalasHapus