SHAPE
\* MERGEFORMAT
4
OPERASI GENERATOR
4
|
SECARA PARALEL
4.1.
Sub
Kompetensi
Kemampuan yang akan dimiliki oleh
mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai berikut :
-
Mahasiswa mampu menerapkan
pengetahuan Operasi Generator secara Paralel kedalam proses perhitungan dan
perencanaan instalasi listrik umum maupun listrik kapal.
4.2.
Uraian
Materi
Pengetahuan Operasi
Generator secara Paralel yang sering digunakan dalam mendukung proses
perhitungan dan pemahaman gambar-gambar perencanaan instalasi listrik umum
maupun listrik kapal antara lain adalah sebagai berikut :
4.2.1.
Pendahuluan
Listrik seperti kita ketahui adalah bentuk
energi sekunder yang paling praktis penggunaannya oleh manusia, di mana listrik
dihasilkan dari proses konversi energi sumber energi primer
seperti : batu bara, minyak bumi, gas, panas
bumi, potensial air
dan energi angin.
Sistem pembangkitan listrik yang sudah umum
digunakan adalah mesin generator tegangan AC, di mana penggerak utamanya bisa
berjenis mesin turbin, mesin diesel atau mesin baling-baling. Dalam
pengoperasian pembangkit listrik dengan generator, karena faktor keandalan dan
fluktuasi jumlah beban, maka disediakan dua atau lebih generator
yang dioperasikan dengan tugas terus-menerus, cadangan dan bergiliran untuk
generator-generator tersebut.
Penyediaan generator tunggal untuk
pengoperasian terus menerus adalah suatu hal yang riskan, kecuali bila bergilir
dengan sumber PLN atau peralatan UPS.
Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generator-generator tersebut dioperasikan secara paralel antar generator atau paralel generator dengan sumber pasokan lain yang lebih besar misalnya dari PLN.
Sehingga diperlukan pula alat pembagi beban listrik untuk mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator yang bekerja paralel mengalami beban lebih mendahului yang lainnya.
Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generator-generator tersebut dioperasikan secara paralel antar generator atau paralel generator dengan sumber pasokan lain yang lebih besar misalnya dari PLN.
Sehingga diperlukan pula alat pembagi beban listrik untuk mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator yang bekerja paralel mengalami beban lebih mendahului yang lainnya.
4.2. Operasi
Generator Secara Paralel
Pasokan listrik ke beban dimulai dengan
menghidupkan satu generator, kemudian secara sedikit demi sedikit beban
dimasukkan sampai dengan kemampuan generator tersebut, selanjutnya menghidupkan
lagi generator berikutnya dan memparalelkan dengan generator pertama untuk
memikul beban yang lebih besar lagi. Saat generator kedua
diparalelkan dengan generator pertama yang sudah memikul beban diharapkan
terjadinya pembagian beban yang semula ditanggung generator pertama,
sehingga terjadi kerjasama yang meringankan sebelum beban-beban selanjutnya
dimasukkan.
Seberapa besar pembagian beban yang ditanggung
oleh masing-masing generator yang bekerja paralel akan tergantung jumlah
masukan bahan bakar dan udara untuk pembakaran mesin diesel, bila mesin
penggerak utamanya diesel atau bila mesin-mesin penggeraknya lain maka
tergantung dari jumlah (debit) air ke turbin air, jumlah (entalpi) uap/gas ke turbin
uap/gas atau debit aliran udara ke mesin baling-baling.
Jumlah masukan bahan bakar/ udara, uap air/ gas atau aliran udara ini diatur oleh peralatan atau katup yang digerakkan governor yang menerima sinyal dari perubahan frekuensi listrik yang stabil pada 50Hz,
yang ekivalen dengan perubahan putaran (rpm) mesin penggerak utama generator listrik. Bila beban listrik naik maka frekuensi akan turun, sehingga governor harus memperbesar masukan ( bahan bakar/udara, air, uap/gas atau aliran udara) ke mesin penggerak utama untuk menaikkan frekuensinya sampai dengan frekuensi listrik kembali ke normalnya. Sebaliknya bila beban turun, governor mesin-mesin pembangkit harus mengurangi masukan bahan bakar/udara, air, uap air/gas atau aliran udara ke mesin-mesin penggerak sehingga putarannya turun sampai putaran normalnya atau frekuensinya kembali normal pada 50 Hz. Bila tidak ada governor maka mesin-mesin penggerak utama generator akan mengalami overspeed bila beban turun mendadak atau akan mengalami overload bila beban listrik naik.
Jumlah masukan bahan bakar/ udara, uap air/ gas atau aliran udara ini diatur oleh peralatan atau katup yang digerakkan governor yang menerima sinyal dari perubahan frekuensi listrik yang stabil pada 50Hz,
yang ekivalen dengan perubahan putaran (rpm) mesin penggerak utama generator listrik. Bila beban listrik naik maka frekuensi akan turun, sehingga governor harus memperbesar masukan ( bahan bakar/udara, air, uap/gas atau aliran udara) ke mesin penggerak utama untuk menaikkan frekuensinya sampai dengan frekuensi listrik kembali ke normalnya. Sebaliknya bila beban turun, governor mesin-mesin pembangkit harus mengurangi masukan bahan bakar/udara, air, uap air/gas atau aliran udara ke mesin-mesin penggerak sehingga putarannya turun sampai putaran normalnya atau frekuensinya kembali normal pada 50 Hz. Bila tidak ada governor maka mesin-mesin penggerak utama generator akan mengalami overspeed bila beban turun mendadak atau akan mengalami overload bila beban listrik naik.
4.3. Prinsip Alat Pembagi Beban Generator
Governor beroperasi pada mesin penggerak
sehingga generator menghasilkan keluaran arus yang dapat diatur
dari 0 % sampai dengan 100% kemampuannya. Jadi masukan ke mesin penggerak
sebanding dengan keluaran arus generatornya atau dengan kata lain pengaturan
governor 0 % sampai dengan 100 % sebanding dengan arus generator 0% sampai
dengan 100 % pada tegangan dan frekuensi yang konstan.
Governor bekerja secara hidrolik/mekanis, sedangkan sinyal masukan dari keluaran arus generator berupa elektris, sehingga masukan ini perlu diubah ke mekanis dengan menggunakan elektric actuator untuk menggerakkan motor listrik yang menghasilkan gerakan mekanis yang diperlukan oleh governor.
Governor bekerja secara hidrolik/mekanis, sedangkan sinyal masukan dari keluaran arus generator berupa elektris, sehingga masukan ini perlu diubah ke mekanis dengan menggunakan elektric actuator untuk menggerakkan motor listrik yang menghasilkan gerakan mekanis yang diperlukan oleh governor.
Pada beberapa generator yang beroperasi
paralel, setelah sebelumnya disamakan tegangan, frekuensi, beda phasa dan
urutan phasanya, perubahan beban listrik tidak akan dirasakan oleh
masing-masing generator pada besaran tegangan dan frekuensinya selama beban
masih dibawah kapasitas total paralelnya, sehingga tegangan dan frekuensi
ini tidak digunakan sebagai sumber sinyal bagi governor.
Untuk itu digunakan arus keluaran dari
masing-masing generator sebagai sumber sinyal pembagian beban sistem paralel
generator-generator tersebut.
Saat diparalelkan pembagian beban generator belum seimbang/sebanding dengan kemampuan masing-masing generator. Alat pembagi beban generator dipasangkan pada masing-masing rangkaian keluaran generator, dan masing-masing alat pembagi beban tersebut dihubungkan secara paralel satu dengan berikutnya dengan kabel untuk menjumlahkan sinyal arus keluaran masing-masing generator dan menjumlahkan sinyal kemampuan arus masing-masing generator.
Saat diparalelkan pembagian beban generator belum seimbang/sebanding dengan kemampuan masing-masing generator. Alat pembagi beban generator dipasangkan pada masing-masing rangkaian keluaran generator, dan masing-masing alat pembagi beban tersebut dihubungkan secara paralel satu dengan berikutnya dengan kabel untuk menjumlahkan sinyal arus keluaran masing-masing generator dan menjumlahkan sinyal kemampuan arus masing-masing generator.
Arus keluaran
generator yang dideteksi oleh alat pembagi beban akan merupakan
petunjuk posisi governor berapa % , atau arus yang lewat berapa % dari
kemampuan generator. Hasil bagi dari penjumlahan arus yang dideteksi
alat-alat pembagi beban dengan jumlah arus kemampuan generator -generator
yang beroperasi paralel dikalikan 100 (%) merupakan nilai posisi governor
yang harus dicapai oleh setiap mesin penggerak utama sehingga
menghasilkan keluaran arus yang proprosional dan sesuai dengan kemampuan
masing-masing generator.
Bila ukuran
generator sama maka jumlah arus yang dideteksi oleh masing-masing alat pembagi
beban dibagi jumlah generator merupakan arus beban yang harus
dihasilkan oleh generator setelah governornya diubah oleh electric
actuator yang menerima sinyal dari alat pembagi beban sesaat setelah generator
diparalelkan.
4.4. Instalasi Teknis
Dalam prakteknya
alat pembagi beban generator dipasang dengan bantuan komponen-komponen seperti
berikut : trafo arus, trafo tegangan (sebagai pencatu daya), electric
actuator, potensiometer pengatur kecepatan dan saklar-saklar bantu.
Lihat diagram pengkabelannya dalam Gambar 11 (lampiran G).
- Trafo arus berfungsi sebagai transducer arus keluaran generator sampai dengan sebesar arus sinyal yang sesuai untuk alat pembagi beban generator (biasanya maksimum 5 A atau = 100 % kemampuan maksimum generator)
- Trafo tegangan berfungsi sebagai sumber daya bagi alat pembagi beban, umumnya dengan tegangan 110 V AC, 50 Hz; dibantu adapter untuk keperluan tegangan DC.
- Electric actuator merupakan peralatan yang menerima sinyal dari alat pembagi beban sehingga mampu menggerakkan motor DC di governor sampai dengan arus keluaran generator mencapai yang diharapkan.
- Potensiometer pengatur kecepatan adalah alat utama untuk mengatur frekuensi dan tegangan saat generator akan diparalelkan atau dalam proses sinkronisasi. Tegangan umumnya sudah diatur oleh AVR, sehingga naik turunnya tegangan hanya dipengaruhi oleh kecepatan putaran mesin penggerak. Setelah generator dioperasikan paralelkan atau sudah sinkron dengan yang telah beroperasi kemudian menutup Mccb generator, fungsi potensiometer pengatur kecepatan ini diambil alih oleh alat pembagi beban generator. Untuk lebih akuratnya pengaturan kecepatan dalam proses sinkronisasi secara manual, biasanya terdapat potensiometer pengatur halus dan potensiometer pengatur kasar.
- Pada sistem kontrol otomatis pemaralelan generator dapat dilakukan oleh SPM (modul pemaralel generator) dengan mengatur tegangan dan frekuensi keluaran dari generator, kemudian mencocokan dengan tegangan dan frekuensi sistem yang sudah bekerja secara otomatis, setelah cocok memberikan sinyal penutupan ke MCCB generator sehingga bergabung dalam operasi paralel. Untuk mencocokkan tegangan dan frekuensi dapat dilihat dalam satu panel sinkron yang digunakan bersama untuk beberapa generator dimana masing-masing panel generator mempunyai saklar sinkron disamping SPM-nya.
Dalam Gambar 12
(lampiran H) ditunjukkan penggunaan alat pembagi beban generator
dalam suatu sistem kontrol
tenaga generator, kontrol mesin penggerak dan managemen beban. (file power generation
control).
- Saklar-saklar bantu pada alat pembagi beban
generator berfungsi sebagai alat manual proses pembagian
(pelepasan & pengambilan) beban oleh suatu generator yang
beroperasi dalam sistem paralel. Misalnya *saklar 1 ditutup untuk
meminimumkan bahan bakar diesel yang berarti melepaskan
beban.* Saklar 3 ditutup untuk menuju pada kecepatan kelasnya (rated
speed) yang berarti pengambilan beban dari generator yang perlu
diringankan beban listriknya.
Setelah generator beroperasi secara paralel, generator-generator dengan alat pembagi bebannya selalu merespon secara aktif segala tindakan penaikan atau penurunan beban listrik, sehingga masing-masing generator menanggung beban dengan prosentasi yang sama diukur dari kemampuan masing-masing
Kesimpulan
- Alat pembagi beban generator merupakan peralatan otomatis yang menyeragamkan operasi governor dalam menaikkan atau menurunkan power mesin atau daya generator sesuai perubahan bebannya, dan sangat diperlukan bila memiliki lebih dari dua generator dengan karakteristik yang berbeda yang beroperasi secara paralel.
- Dengan alat pembagi beban generator, maka setiap generator mempunyai faktor penggunaan (beban maksimum dibagi kapasitas generator) yang sama dan kecil yang berarti bagus.
- Perubahan beban akibat pemasukan atau pengeluaran generator dari sistem paralel generator-generator akan dirasakan sama oleh setiap generator dalam sistem tsb , tanpa overload atau overspeed.
- Alat pembagi beban generator hanya bisa diterapkan pada generator set-engine yang mempunyai governor dan bisa dikembangkan untuk sistem kontrol yang lebih lanjut seperti kontrol dengan distributed control system (DCS).
Ada
dua metode sistem pembangkitan energi listrik, yaitu :
a. Sistem Pembangkitan Tunggal
Kelemahan
dari sistem ini adalah sebagai berikut :
n Generator akan terus
memproduksi energi listrik sepanjang waktu bahkan ketika sistem daya memikul
beban yang ringan.
n Apabila Generator gagal dalam
bekerja, tidak ada daya cadangan yang dapat diberikan.
n Jika suatu saat beban
bertambah, sistem pembangkitan energi listrik secara keseluruhan harus
di-upgrade.
n Karena kelemahan-kelemahan
diatas, sistem ini tidak banyak dipakai.
b. Sistem
Pembangkitan dengan cara Memparalelkan dua Generator atau lebih melalui Sistem
Transmisi Tegangan Tinggi, yang disebut Grid.
Walaupun
demikian timbul masalah-masalah, yaitu :
n Tegangan, frekuensi
dan sinkronnya fasa dari masing-masing Generator harus sama.
n Pengamanan Grid dan
Stasiun Pembangkitan dari gangguan pada Generator maupun saluran transmisi juga
harus mendapat perhatian.
n Harus
diperhitungkan masalah produksi energi dan pemeliharaan berkala untuk operasi
ekonomis sistem daya yang berkelanjutan
4.5. Kerja Pararel Generator di Kapal
Dalam Pemenuhan kebutuhan listrik di kapal, penentuan kapasistas daya
generator yang digunakan berdasarkan perhitungan pada berbagai kondisi,
selanjutnya ditentukan karakteristik generator yang dalam perhitungan memiliki
faktor beban dan segi ekonomi yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan listrik
di kapal. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pemakaian unit-unit generator yang
dioperasionalkan secara pararel merupak alternatif yang sering kali dipilih
sebagai sumber energi listrik di kapal, hal ini disebabkan ada beberapa
keuntungan dalam operasional pararel generator.
4.5.1. Keuntungan kerja pararel
generator di kapal
Sumber energi listrik utama disetiap
kapal diharuskan paling sedikit terdiri dari 2 (dua) generator dengan penggerak
terpisah, dimana kapasitasnya harus mampu menyediakan energi listrk bagi semua
peralatan yang diperlukan selama berlayar (di laut) apabila salah satu dari
unit generator mengalami kegagalan.
Sebagaimana
penjelasan sebelumnya , bahwa penggunaan pararel generator sebagai upaya dalam
memenuhi kebutuhan energi listrik di kapal yang dianggap sebagai pilihan yang
baik dari segi teknis dan ekonomis, akan didapat beberapa keuntungan dari kerja
pararel unit-unit generator tersebut , antara lain. :
n Efisien
Kebutuhan akan energi listrik akan berbeda-beda pada beberapa kondisi
kapal Sehingga apabila suatu waktu kondisi
pengoperasian beban yang ditanggung cukup besar hingga perlu 2 unit generator,
kemudian kondisi berikut beban berkurang hingga 50 %, maka pada kondisi
terakhir salah satu generator dapat dimatikan operasionalnya. Kejadian
seperti ini tentu akan dapat menghemat, biaya operasional dan perawatan mesin.
n Menaikkan sistem kapasitas daya .
Daya mempararel unit –
unit generator sudah barang tentu kesediaan daya listrik akan semakin besar.
n Memudahkan dalam menentukan kapasitas daya.
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa kapasitas generator dilihat dari
beberapa kondisi, baru kemudian dapat ditentukan beberapa unit generator
kemudian dipilih yang diharpkan dapat
menghemat biaya pembelian, pemakaian dan pemeliharaan.
n Menjaga kontinyuitas pelayanan.
Dengan adanya pararel generator, kelancaran operasional peralatan yang
beroperasi kontinyu dapat dijaga, apabila ada satu unit generator mengalami
kegagalan dalam operasi.
4.5.2. Persyaratan kerja pararel Generator.
Generator A.C 3 fasa yang memiliki sinyal output
berupa tegangan 3 fasa dan dengan frekwensi tertentu, maka apabila akan bekerja
secara pararel dengan unit generator lain maka persyaratan yang harus dipenuhi
oleh kedua unit generator tersebut adalah, harus memiliki kesamaan pada :
n Tegangan (tegangan kedua terminal
generator, dan harus sefasa)
n Frekwensi
n Urutan fasa
n Sudut fasa
Dengan memenuhi persyaratan
tersebut, maka dalam proses membuat unit-unit generator tersebut dapat bekerja
pararel, diperlukan terlebih dahulu proses sinkronisasi (proses menuju kesamaan
dalam 4 syarat di atas) Apabila proses tersebut telah terlalui maka unit-unit
generator baru dapat bekerja secara pararel. (lihat Gambar 13).
Gambar 13. Paralel
Generator
Untuk mengukur tegangan dan
frekuensi sistem digunakan Volt-meter, dan Frekuensi-meter. Sinkronisasi Fasa
dapat dimonitor dengan Synchronoscope atau dengan lampu fasa (phasing lamps).
Pada dasarnya synchronoscope adalah sebuah motor dengan statornya dicatu oleh
Generator yang akan diparalelkan (incoming Generator), sedangkan rotornya dicatu
oleh Generator yang sedang berjalan (running Generator). Kecepatan putar dari
motor (synchronoscope) tersebut ditentukan oleh perbedaan frekuensi antara
kedua Generator tersebut. Apabila kedua Generator mempunyai frekuensi yang
sama, maka synchronoscope akan berhenti berputar.
Untuk sinkronisasi fasa dengan
lampu phasa (phasing lamps) pada prinsipnya juga sama. Lampu fasa dipasang
diantara 3 saluran (fasa L1atau fasa R, fasa L2 atau fasa S, dan fasa L3 atau
fasa T) dua Generator untuk fasa-fasa yang sama. Apabila kedua Generator
mempunyai frekuensi yang berbeda, maka lampu fasa (phasing lamps) akan
berkedip-kedip. Apabila telah memiliki frekuensi yang sama, maka lampu fasa
tidak menyala (untuk lampu sinkronisasi
fasa hubungan gelap).
Ada tiga metode yang bisa
dilakukan untuk kerja paralel dua buah Generator atau lebih, yaitu :
a. Dark Methode Synchronizing.
Metode ini menggunakan 3 buah lampu dipasang
pada phase yang sama dari setiap Generator, lampu akan menyala (berkedip)
sesuai dengan irama perbedaan frekuensi dari Generator yang akan diparalel.
Jika semua lampu telah padam, berarti frekuensi dan tegangan Generator yang
akan diparalel telah sesuai dengan jala-jala, maka Breaker Generator dapat di
“ON” kan (lihat Gambar 14 berikut ini)
Gambar 14. Diagram
Dark Methode Synchronizing
b. Zero Volt Methode.
Seperti pada Bulbs Methode, tetapi hanya satu
buah Volt-meter dipasang pada salah satu phase, Volt-meter akan terbaca sesuai
dengan besar selisih tegangan Generator dengan jala-jala dan berubah-ubah
sesuai dengan selisih frekuensi yang terjadi. Jika Volt-meter stationer pada
angka “0” Volt, artinya bahwa tegangan dan frekuensi Generator telah sama
dengan jala-jala, dan Generator bisa diparalel (lihat Gambar 15 berikut ini)
Gambar 15. Diagram
Zero Volt Methode
c. Hybrid Circuit Synchronizing Methode.
Pada rangkaian ini satu buah lampu di
hubungkan pada satu phasa, dan 2 buah lampu dihubungkan antar phasa dari phasa
yang lain, putaran medan Generator mengakibatkan lampu menyala (berkedip). Arah
putaran lampu yang menyala menunjukkan proses sinkronisasi Generator, lampu
akan menyala berkedip bergantian dengan pelan atau cepat tergantung dari beda
potensial dan frekuensi. Adapun yang terjadi antara Generator yang disinkron
dengan jala-jala adalah sebagai berikut : jika lampu 1 telah padam, dan 2 lampu
lainnya hidup, maka menunjukkan bahwa Generator telah sinkron dengan jala-jala,
dan Generator telah siap untuk diparalel (lihat Gambar 16 berikut ini)
Gambar 16. Diagram
Hybrid Circuit Synchronizing Methode
4.5.3. Mengatur
Arus Beban.
Cara untuk memindah beban dari Generator I ke
Generator lainnya yang telah bekerja paralel tidaklah mudah dilakukan.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan pengaturan secara teliti dan
sungguh-sungguh teratur, olehkarena bila cara pengaturan dan penambahan beban
dari Generator-Generator ini tidak teratur, maka bisa jadi salah satu Generator
tersebut akan berubah menjadi Motor. Bila hal ini terjadi, maka Generator tidak
lagi memberikan tenaga listrik, akan tetapi memberikan tenaga mekanis.
Olehkarena Generator tersebut
diputar oleh tenaga penggerak berupa Mesin Diesel atau mesin lainnya, sementara
Generator itu sendiri mengeluarkan tenaga mekanis (karena berubah jadi Motor),
maka akibatnya tenaga mekanis dari mesin penggerak dan generator akan saling
berbenturan satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menyebabkan bahaya yang
besar yaitu : kemungkinan mesin penggerak dapat meledak.
Untuk lebih jelasnya marilah
kita ikuti dengan seksama bagaimana cara mengatur pemindahan beban dari
Generator-Generator tersebut sebaik-baiknya. Kita umpamakan saja bahwa
Generator I dan Generator II telah bekerja paralel. Selanjutnya Generator I
sedang menerima beban penuh dari pemakaian, sedangkan Generator II baru saja
kita hubungkan paralel, yang selanjutnya memindah seluruh beban Generator I dan
setelah itu Generator I akan kita berhentikan. Bila kedua Generator tersebut
telah bekerja paralel bersama-sama, maka tidak akan ada perbedaan tegangan,
frekuensi maupun phasanya dari kedua generator tersebut. Jadi penunjukkan
Volt-meter dan Frekuensi-meter dari masing-masing panel Generator tersebut
adalah sama, masing-masing yaitu : 380 Volt dan 50 Hertz, demikian juga
Volt-meter Nol akan menunjukkan pada posisi nol-nya karena Generator I sedang menerima
beban penuh. Penunjukkan kilo Watt-meter dan Ampere-meter dari Generator
tersebut adalah maksimum. Sedangkan penunjukkan kila Watt-meter dan
Ampere-meter Generator II adalah Nol, karena Generator II masih berbeban
kosong.
Pada prinsipnya untuk memindahkan
beban dari Generator I ke Generator II tersebut dengan sebaik-baiknya adalah
hanya dengan cara mengurangi atau menambah kecepatan putaran dari masing-masing
Generator. Dengan demikian mengatur kecepatan berarti mengatur frekuensi. Dalam
mengatur kecepatan putar Generator-Generator tersebut harus teratur bergantian
sambil mengawasi perkembangan naik turunnya masing-masing frekuensi-meter.
Pertama-tama yang harus kita
kerjakan pada waktu memulai memindahkan beban ialah dengan menambah kecepatan
putar Generator II lebih dulu, dan bukan dengan cara melepas beban dari
Generator I lebih dulu, dengan maksud jangan sampai terjadi pengejutan dari
beban sendiri terhadap Generator. Demikan seterusnya berturut-turut kita
lakukan sambil memperhatikan perubahan penunjukkan dari masing-masing
frekuensi-meter.
Pada penjelasan diatas telah
diuraikan bahwa kita mulai terlebih dulu dengan menambah kecepatan putar dari
Generator II, yangmana hal ini akan menyebabkan frekuensi-meter Generator II
akan naik. Olehkarena Generator I dan Generator II sedang bekerja paralel, maka
frekuensi-meter Generator I akan ikut naik. Selanjutnya kita kurangi kecepatan
putar Generator I dan secara otomatis frekuensi Generator I akan segera turun
dan diikuti oleh penurunan frekuensi Generator II.
4.5.4.
Pararel unit-unit generator yang
berkapasitas daya berbeda.
Pada pemilihan unit-unit generator yang bekerja
secara paralel, selama ini yang sering dilakukan adalah generator yang
memilikiu kapasitas daya sama. Dimana dengan kesamaan kapasitas tersebut diperkirakan akan lebih
menguntungkan dalam operasional dan pemeliharaan. Namun pada pemilihan
unit-unit generator yang bekerja secara paralel tidak menutup kemungkinan akan
diperoleh nilai yang lebih baik dilihat
dari segi teknik maupun ekonomis dengan penggunaan kapasitas daya berlainan
pada operasional unit-unit Generator secara paralel. Pada operasional paralel Generator
harus diperhitungkan adanya arus beban pada masing-masing Generator sewaktu mendapatkan beban.
Berikut dijelaskan distribusi pembebanan yang terjadi pada 2 (dua)
generator yang bekerja secara paralel :
a. Saat
tak berbeban.
Pada paralel Generator
yang tak berbeban, dapat digambarkan pada sebuah rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar 17
berikut :
Gambar 17.
Rangkaian paralel Generator tanpa beban
Dari Gambar 17 di atas arus I akan sama dengan nol disebabkan tak berbeban.
Dengan hukum Kirchoff :
I = I1 + I2 dimana : I =0
I1 = -I2
Apabila I1 + I2 ¹ 0 maka arus akan balik mengalir ke generator yang
berkapasitas lebih rendah. Arus ini disebut arus sinkronisasi, secara metematis
dapat dikembangkan dengan persamaan sebagai berikut :
V = E1 – I1Z1
= E2 – I2 Z2
E1 – E2
= I1Z1 – I2Z2
E1 – E2
= I1Z1 + I1Z2
E1 – E2
= I1 (Z1 + Z2 )
I1 = (E1-E2)/ (Z1+Z2
)
I1 = (E1-E2) / (Z1+Z2)
dan I2 = (E1 – E2) / (Z1 +Z2)
Jika kedua persamaan tersebut terpenuhi pada kedua generator telah sinkron
sehingga dapat bekerja secara paralel. Apabila tidak terpenuhi, maka belum
diperkenankan untuk dipararel sebab fasor tidak sama dengan dari tegangan
b.
Saat berbeban
Rangkaian paralel generator dapat dilukiskan dalam rangkaian seperti
ditunjukkan pada Gambar 18 berikut ini :
Gambar 18. Rangkaian paralel Generator berbeban
Dari Gambar 18 diatas dapat dibuat persamaan :
V = E1 – I1Z1
= E2 – I2 Z2
E1 – E2 = I1Z1 – I2Z2
dimana I = I1 + I2 dan V = I.Z
Maka : E1
= I1 Z1 + V
= I1Z1 + I.Z
E1 = I1 (Z1 + Z) + I2Z
Dan E2 = I2 Z2 + V
E2 = I2 Z2 + I.Z
E1 = I1 Z + I2 (Z2
+Z)
Sehingga
dapat diperoleh harga I1 = (E1 – V) /Z1 dan I2 = (E2 – V)
/Z2
Berdasarkan persamaan di atas, besar arus pembebanan tergantung faktor
impedansi ( Z1 dan Z2 ) dan tegangan pembangkit pada
kumparan jangkar. Pada rangkaian pararel Generator dengan tegangan sama maka
arus pembebanan seperti ditunjukkan pada Gambar 19 berikut ini :
Gambar 19. Paralel Generator dengan output tegangan sama
Beban akan menarik arus (I) yang akan ditanggung bersama-sama oleh kedua
generator, biasanya arus pembebanan masing-masing generator I1 dan I2
akan sama dengan :
I = I1
+ I2
Dengan tegangan sama maka :
V1 – V2 = 0, sehingga V1
= V2
V1 – I Zbeban = 0, maka I = V1 / Zbeban
atau I = V2/Zbeban
Sifat generator akan selalu berusaha memenuhi arus pembebanan, maka arus pembebanan
I akan ditanggung secara merata pada kedua unit generator.
Kejadian seperti tersebut diatas untuk kapasitas daya sama tidak menjadi
permasalahan, sebab masing-masing generator akan menanggung arus di bawah
kapasistas nominal atau lebih besar sedikit yang tidak membahayakan genarator
yang beroperasi. Namun untuk unit-unit generator yang dipararel dengan
kapasitas daya berbeda, tentunya hal tersebut akan membahayakan. Karena arus
yang ditarik besarnya sama oleh masing masing generator sehingga pada saat
beban tertentu, salah satu generator telah mencapai kondisi nominal sedangkan
generator yang lain belum. Apabila dari kondisi tersebut beban ditingkatkan
lagi, maka generator yang sudah pada kondisi nominal akan mengalami over load,
sedang generator yang lain masih mapu menanggung beban yang ada. Kejadian
seperti ini akan mengabitkan hubungan pengatur pada generator kapasitas lebilh
rendah akan mengalalmi gangguan.
4.5.5.
Ketentuan kerja paralel Generator di kapal
Seperti penjelasan di atas, bahwa paralel generator dengan beda kapasitas
maka pada saat mendapat beban maksimal, akan mengakibatkan kelebihan beban bagi
Generator yang mempunyai kapasitas lebih rendah.
Di kapal telah terdapat ketentuan tentang unit generator yang bekerja
secara paralel, ditentukan bahwa pada paralel generator, perbedaan daya aktif
rata-rata dari masing-masing generator tidak boleh lebih dari 10 % dan keluaran
daya reaktif setiap generator, dimana hal ini untuk generator yang memiliki
kapasitas daya sama. Sedangkan untuk generator yang memiliki kapasitas daya
berbeda maka perbedaan keluaran daya reaktif dari masing-masing generator tidak
boleh lebih kecil dari 15 % dari keluaran daya reaktif generator kapasitas
lebilh besar dan tidak boleh lebih kecil 25 % dari keluaran daya reaktif generator
kapasitas lebih kecil. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk menjaga keamanan
terhadap terjadinya beban lebih pada operasinal pararel generator khususnya
yang memiliki kapasitas daya berbeda.
4.5.6. Petunjuk
Cara Mengoperasikan Panel GenSet Manual
Paralel Operation 2 GenSet
Daftar Komponen.
§ 1 buah Freestanding
Box 3 cel
§ 6 buah Ampere-meter
§ 6 buah Current
Transformer
§ 2 buah Volt-meter
0-500 Volt
§ 2 buah Volt-meter Selector Switch (VSS)
§ 2 buah Speed
Adjusting Switch
§ 2 buah kW-meter
§ 2 buah Cos
- meter
§ 2 buah Hour Counter
§ 2 buah Emergency
Push Button Stop
§ 2 buah Circuit Breaker GenSet + Auxiliang Switch
§ 2 buah Undervoltage
§ 1 buah Circuit Breaker Outgoing + Aux
§ 12 buah Fuse 4A
§ 4 buah Pilot Lamp 220 Volt AC
§ 1 buah Double Volt-meter
§ 1 buah Double Frequency-meter
§ 1 buah Nol Volt-meter
§ 1 buah Synchronizing Switch (MCB ip 6A)
§ 2 buah Reverse Power Relay (SEG)
§ 1 buah Relay My-4 220 Volt AC.
Diagram
Listrik 2 GenSet Manual Parallel Operation seperti ditunjukkan pada Gambar 20 (lampiran J). Sebelum kita
jalankan GenSet, terlebih dahulu lakukan pemeriksaan terhadap beberapa hal
sebagai berikut :
n Air pendingan mesin di radiator, apakah cukup
airnya.
n Periksa level oli
pelumas, apakah masih diatas level minimum.
n Periksa GenSet
keseluruhannya, dikhawatirkan ada alat kerja dan lain-lain yang tidak perlu
diatas GenSet.
Apabila sudah yakin
(pasti) aman, maka lakukan hal-hal sebagai berikut :
Start satu GenSet secara manual
Volt-meter bergerak sampai 380 Volt (posisi volt-meter
selector switch R-S)
Frekuensi harus menunjuk 50 Hertz, kalau kurang atau
lebih atur dengan Speed Adjusting Switch (SAS) untuk mendapatkan 50 Hertz.
Pilot Lamp Off menyala.
Hour Counter
(HC) menunjukkan lamanya jam kerja GenSet.
Cos
meter harus menunjukkan pada posisi
sekitar 1.
Ampere-meter dan kilo Watt-meter menunjuk nol.
Kemudian siap untuk
meng-“ON”-kan (mengaktifkan) Circuit Breaker QG seperti berikut :
Adakalanya posisi handle
Circuit Breaker ada ditengah (posisi trip), karena terpasang Under-Voltage.
Jika demikian kita tekan terlebih dahulu handle-nya
kebawah, setelah itu tekan keatas, maka lampu indikator ”ON” menyala (hidup).
GenSet siap dibebani.
”ON”-kan Circuit Breaker QO (Out-Going).
Jika ada beban,
Ampere-meter bergerak naik, begitu juga dengan kilo-Watt meter yang
penunjukkannya sesuai dengan rumus : kW = Volt x Ampere x
x Cos
.
Seandainya
ketiga Ampere-meter penunjukkannya tidak sama, sudah dapat dipastikan pada
rangkaian instalasi diluar, beban L1-L2-L3 nya tidak seimbang.
Selanjutnya sekarang beban akan ditambah menjadi
lebih besar dari kapasitas satu GenSet, maka untuk itu perlu dibantu oleh
GenSet yang satunya (lainnya). Dengan kata lain GenSet dioperasikan secara
paralel. Start GenSet satunya, kemudian lakukan seperti pada GenSet yang
pertama. Dibawah ini ditunjukkan diagram fasor tegangan 3 phasa dari kedua
GenSet (lihat Gambar 21).
Gambar 21. Diagram
Phasor Tegangan 3 phasa dari 2 GenSet.
Syarat paralel GenSet adalah sebagai berikut :
Ø Tegangan dan
frekuensi harus sama dengan GenSet yang akan diparalelkan.
Ø Pergeseran phasa
dari kedua GenSet harus nol, berimpit yang dilukiskan secara vektor (phasa R
dari GenSet 1 harus berimpit dengan phasa R dari GenSet 2 dengan cara mengatur
SAS dan berpedoman pada frekuensi 50 Hertz).
Ø Nol-Voltmeter harus
menunjuk angka nol, yang berarti kedua GenSet sudah Sinkron.
Ø
Double
Volt-meter, Double Frequency-meter, dan Nol-Voltmeter harus di Switch- On oleh Synchronizing
Switch.
Ø Lakukan kerja
paralel GenSet dengan cara meng-on kan Circuit Brekar saat Nol-Voltmeter
menunjuk angka nol.
Sekarang keadaan
kedua GenSet sudah paralel , tetapi GenSet yang masih baru masuk kerja paralel penunjukkan
Ampere-meter masih nol. Dengan cara menaikkan speed (SAS) GenSet yang baru
masuk kerja paralel dan menurunkan sedikit speed GenSet pertama, maka akan
terjadi pengambil-alihan beban. Selanjutnya apabila beban sudah seimbang, maka
pengaturan SAS sudah tidak perlu dilakukan lagi kecuali bila beban bertambah
yang mengakibatkan menurunnya Frekuensi, sehingga perlu ditambah speed dari
kedua GenSet.
Pengaman GenSet.
a. Reverse Power
Relay (RPR).
Reverse Power Relay bekerja bila saat
kedua GenSet yang sedang kerja parelel tiba-tiba salah satu GenSet menurun
tenaganya (Daya) atau tiba-tiba berhenti. Dengan demikian GenSet tersebut tidak
dapat membantu memberi arus, malah GenSet tersebut menerima arus. Oleh sebab itu fungsi dari Reverse
Power Relay adalah mengamankan GenSet terhadap adanya arus balik dengan cara
meng-Off-kan Circuit Breaker secara otomatis, sehingga hal yang tidak
diinginkan oleh GenSet dapat dicegah (lihat Gambar 22 lampiran K).
b. Under Voltage.
Under Voltage letaknya ada didalam
Circuit Breaker. Bila Circuit Breaker ada Under Voltage-nya, maka untuk
meng-On-kan Under Voltage harus diberi tegangan terlebih dahulu, setelah itu
Handle On dapat di-On-kan. Selanjutnya bila tiba-tiba tegangan tersebut hilang,
maka Circuit Breaker akan Trip (Off), dan untuk mempersiapkan On kembali harus
di Reset terlebih dahulu Handle-nya. Oleh sebab itu fungsi dari Under Voltage
pada Circuit Breaker adalah mengamankan GenSet terhadap hilangnya tegangan yang
diberikan ke Under Voltage pada Circuit Breaker secara tiba-tiba dengan cara
meng-Off-kan Circuit Breaker secara otomatis, sehingga hal yang tidak
diinginkan oleh GenSet dapat dicegah.
4.5.7. Petunjuk Cara Mengoperasikan Panel GenSet Manual &
Full Automatic Start /Stop &
Paralel Operation 2 GenSet.
Daftar Komponen.
§ 6 buah Ampere-meter
§ 8 buah Current Transformer
§ 2 buah Volt-meter 0-500 Volt
§ 2 buah Volt-meter Selector Switch
§ 2 buah Frequency-meter
§ 2 buah Speed Adjusting Switch
§ 2 buah kW-meter
§ 2 buah Cos
-meter
§ 2 buah Hour-meter
§ 2 buah Circuit Breaker + Motorize + UVT + AUX (QG1
+ QG2)
§ 1 buah Circuit Breaker + Motorize + UVT + AUX (QO)
§ 2 buah Reverse Power Relay (RPR) SEG
§ 1 buah Frequency Monitor (FN) SEG
§ 1 buah Synchronizing Monitor (Sy) SEG
§ 1 buah Double Volt-meter
§ 1 buah Double Frequency-meter
§ 1 buah Nol Volt-meter
§ 1 buah Synchronizing Switch (Man-Off-Auto)
§ 15 buah Relay My-4 220 Volt AC
§ 1 buah Load Balancing Unit (WLA) SEG
§ 1 buah Frequency Regulator (SFG) SEG
§ 2 buah AMF NP 2-2 (SEG)
§ 22 buah Relay My-4 24 Volt DC
§ 3 buah MCB ip 6A
§ 20 buah Fuse 4A
§ 6 buah Pilot Lamp 220 Volt AC
§ 1 buah Push Button On
§ 1 buah Push Button Off
§ 2 buah Ampere-meter
DC 0-15 Ampere
§ 2 buah Volt-meter
DC 0-30 Volt
§ 1 buah Horn DC 24
Volt
§ 1 buah Over & Under Current (T-2600) Selco
§ 1 buah Selector Switch 2p (Man-Off-Auto)
§ 1 buah Selector Switch 1p (Man-Off-Auto)
Cara mengoperasikan manual paralel operation
2 GenSet adalah sama halnya dengan cara
yang sudah dijelaskan sebelumnya, tetapi untuk panel ini posisi semua Selector
Switch pada posisi Manual (Man.)
a. Auto Paralel Operation.
Sebetulnya
tidak sulit cara mengoperasikannya, tidak seperti Manual Operation. Dengan
hanya memposisikan Selector Switch pada posisi Auto (lihat Gambar 23 lampiran L), maka bila suplai
tenaga listrik dari PLN mati (Off) :
Kedua GenSet secara
Automatic, Start.
Automatic System
Parallel Operation bekerja.
Circuit Breaker
Leader secara Automatic, On.
Circuit Breaker
Follower secara Automatic, On.
Apabila ada
beban (Load), Automatic Load Balancing bekerja.
Apabila Load
dibawah 30 %, GenSet Follower Stop.
Apabila Load
Leader naik lagi menjadi 80 %, GenSet Follower Start dan Parallel.
Apabila suplai
tenaga listrik dari PLN On kembali, maka Circuit Breaker GenSet yang sedang On
menjadi Lepas (Off).
Selector Switch pada posisi Auto adalah
: SS, Sy.Sw., AMF (tombol auto pada modul), sedangkan SSL (Switch Selector
Leader) untuk memilih GenSet mana sebagai Leader dan mana yang sebagai
Follower. Oleh karena Leader yang terus bekerja selama suplai tenaga listrik
dari PLN padam, sedangkan Follower bekerja bila dengan load 80 %, maka Follower
akan membantunya dan bila load menurun menjadi 30 %, maka Follower akan Stop.
Alat yang dipakai adalah Over & Under Current Relay. Sedangkan sebagai
pengatur Start dan Stop GenSet adalah AMF (Automatic Main’s Failure) lihat Gambar 24 lampiran M.
AMF tersebut dapat dikendalikan dari :
Suplai tenaga
listrik PLN 3 Phasa, maksudnya adalah apabila suplai tenaga listrik PLN padam
salah satu Phasa saja, maka GenSet
Start, dan bila suplai tenaga listrik PLN kembali normal 3 Phasa, maka GenSet
Stop.
Over & Under
Current, maksudnya adalah bila leader Over Current > 80%, GenSet Start, tetapi apabila leader
< 30% GenSet Stop (lihat Gambar
25 lampiran N).
b. SFG-Frequency Monitor Unit.
Alat
ini dipergunakan sebagai panutan GenSet
Leader terhadap setting yang
telah kita tetapkan, misalnya setting ditetapkan pada frekuensi sebesar 50
Hertz, maka apabila GenSet Leader Frequency-nya berada dibawah atau diatas 50
Hertz, setelah itu GenSet Follower akan mengikutinya melalui WLA karena
pengaruh Load, maka SFG tersebut yang akan mengaturnya menjadi 50 Hertz (lihat Gambar 26 lampiran O).
c.
WLA-Load Balancing Unit.
Apabila
kedua GenSet sudah paralel, maka alat ini juga berfungsi sebagai pengatur
kecepatan GenSet, agar dapat mengambil Load dari Leader kepada Follower
sehingga menjadi seimbang (lihat
Gambar 27 lihat lampiran
P).
d. Amper-meter DC (A).
Meter (alat ukur) ini akan mengukur besaran
berapa Ampere DC arus yang mengisi Battery Diesel.
e. Volt-meter DC (V).
Meter (alat ukur) ini akan mengukur besaran
berapa Volt DC tegangan Battery Diesel.
e. Battery Charger (Bc).
Alat ini dipergunakan sebagai
pengisi arus ke Battery Diesel, yang diperoleh dari suplai tenaga listrik PLN (lihat Gambar 28 lihat lampiran Q).
aduh mas, biar nggak dibacem ya... hehe
BalasHapustulisan dan backgroundnya menyatu....
tapi terimakasih banget isinya sangat membantu.
thank. sangat membantu :)
BalasHapus