MAKALAH
THERMISTOR,
STRAIN GAUGE, dan PHOTODIODE
Disusun Oleh: Kelompok 8
M. Adi irawan (6413030012)
M. Zuhruf Amirulloh (6413030016)
Yayuk Setiyowati (6413030023)
Eko Irwanto (6413030029)
PRODI TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN
KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI
Halaman sampul
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
.............................................................................................1
1.2 Tujuan .........................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah
.......................................................................................
3
Bab 2 Pembahasan
2.1 Thermistor ..................................................................................................
4
2.2 Strain gauge
..............................................................................................
. 5
2.3 Photodiode ................................................................................................ 6
Bab
3 Penutup
Kesimpulan
.................................................................................................. 7
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur untuk Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, taufik,
sertahidayah-Nya, sehingga penyusun dapat ,menyelesaikan makalah Thermistor, Strain Gauge, dan Photodiode ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Pengaturan Kapal.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Isa Rachman selaku dosen mata kuliah Sistem Pengaturan Kapal yang memberikan penyusun referensi dan pengetahuan baru tentang sistem kontrol. Terima kasih juga kepada teman-teman yang tiada henti mendukung agar segera terselesaikannya makalah ini.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Isa Rachman selaku dosen mata kuliah Sistem Pengaturan Kapal yang memberikan penyusun referensi dan pengetahuan baru tentang sistem kontrol. Terima kasih juga kepada teman-teman yang tiada henti mendukung agar segera terselesaikannya makalah ini.
Meskipun
penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar tugas makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Surabaya, 09 April 2015
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Pada zaman sekarang ini banyak sekali alat yang digunakan
untuk mengukur suhu, tekanan maupun alat untuk mendeteksi warna. Disini kami
ingin menjelaskan bagaimana
Pada zaman sekarang banyak sekali alat-alat yang digunakan
untuk mengukur baik suhu, tekanan, maupun lainnya. Disini, kami ingin menjelaskan bagaimana
pengukuran suhu efek radiasi, tekanan dalam pipa dan kadar oksigen baik dari pengertian,maupun
dari prinsip kerja, dan aplikasi dari alat-alat nya.
Pengukuran suhu efek radiasi memiliki dua
metode untuk mengukur radiasi, yaitu pirometer optis (pirometer pita
sempit) dan pirometer radiasi total. Pirometer optis digunakan untuk mengukur logam
panas karena jika alat ini dikalibrasidengan baik akan sangat sempurna mengukur
temperatur logam diatas 15000F (8160C). Sedangkan pirometer radiasi total dapat digunakan untuk
aplikasi-aplikasi
dengan benda bergarak atau yang berada pada jarak jauh.
Pengukuran
tekanan dapat dilakukan dengan alat Bellow Gauge. Bellow juga digunakan untuk pengukuran tekanan ,
dan dapat dibuat kapsul mengalir. Cara dasar pembuatan bellow adalah
dengan ikat bersama-sama banyak diafragma individu. elemen Bellow, pada
dasarnya, adalah anggota salah satu bagian berekspansi, dilipat dan aksial
fleksibel. Ini memiliki banyak convolutions atau lipat. Hal ini dapat
dibuat bentuk satu bagian dari logam tipis.
Pengukuran kadar oksigen menggunakan oksigen sensor. Sebagai molekul oksigen berdifusi melalui membran
semi-permeabel diinstal pada salah satu sisi sensor, molekul oksigen berkurang
di katoda untuk membentuk ion hidroksil yang berpindah ke anoda sensor yang mana reaksi oksidasi terjadi. Reaksi reduksi / oksidasi
yang dihasilkan menghasilkan arus listrik sebanding dengan konsentrasi oksigen
dalam gas sampel.
Alat pengukuran adalah suatu
alat yang dapat mendeteksi keberadaan suatu fenomena alam dan mengukurnya salam suatu kuantitas fisik
danmengubahnya menjadi suatu sinyal yang dapat dibaca oleh pengamat atau
alattertentu.
Begitu banyaknya besaran fisik
yang dapat diamati dari sekian banyak fenomena alam yang ada di
dunia ini, maka ada begitu banyak sensor yang diciptakan dan
ditemukan oleh manusia. Karenanya, teknologi sensor terus berkembang sseiring dengan berjalannya waktu. Sensor-sensor dikaji dan dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan dan rasa ingin tahu manusia, dan menciptakan suatu standar pengukuran yang universal. Panas dan suhu adalah dua hal
berbeda. Panas adalah energi total darigerak molekular di dalam zat, energi
panas bergantung pada kecepatan partikel di dalam sebuah benda. Sedangkan
suhu adalah ukuran energi rata-rata dari gerak molekular di
dalam zat. Suhu tidak bergantung pada ukuran atau jenis benda.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini bermaksud untuk
mengetahui prinsip kerja dan pengaplikasiannya dari
thermistor, strain gauge, dan photodiode.
1.3 Rumusan masalah
Untuk mengarahkan penyusunan daripada makalah ini permasalahan yang dihadapi yakni membahas bagaimana pengertian, komponen, prinsip kerja, aplikasi dan keunggulan maupun kelemahan
dari masing- masing sensor.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. THERMISTOR
1.1.
Pengertian
Nama termistor
berasal dari Thermally Sensitive Resistor.
Termistor ini merupakan gabungan antara kata termo (suhu) dan resistor (alat pengukur tahanan).
Termistor (Inggris: thermistor) adalah alat atau komponen atau sensor
elektronika yang dipakai untuk mengukur suhu. Termistor ditemukan oleh Samuel
Ruben pada tahun 1930, dan mendapat hak paten di Amerika Serikat dengan nomor
#2.021.491.
Sensor
termistor
·
Jenis
– Jenis Termistor
Termistor dibedakan dalam 2 jenis, yaitu
1.
Termistor
yang mempunyai koefisien negatif, yang disebut NTC (Negative Temperature Coefisient)
NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient
negatif. Dimana bahannya terbuat dari logam oksida yaitu dari serbuk yang halus
kemudian dikompress dan disinter pada temperatur yang tinggi. Kebanyakan pada
material penyusun termistor biasa mengandung unsur – unsur seperti Mn2 O3,
NiO,CO2, O3,Cu2 O, Fe2 O3 TiO2, dan U2 O3.
Oksida-oksida
ini sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat tinggi, tetapi dapat diubah
menjadi bahan semikonduktor
dengan menambahkan beberapa unsur lain yang mempunyai valensi yang berbeda
disebut dengan doping dan pengaruh dari resistansinya dipengaruhi perubahan
temperatur yang diberikan. Thermistor logam oksida digunakan dalam daerah 200K
sampai 700K. Untuk digunakan pada temperatur yang sangat tinggi, thermistor
dibuat dari Al2O3 , BeO , MgO.
2.
Termistor yang mempunyai koefisien positif yang disebut
PTC ( Positive Temperature Coefisient)
PTC
merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor PTC memiliki
perbedaan dengan NTC antara lain:1.Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai
positif hanya dalam interfal temperatur tertentu, sehingga diluar interval
tersebut akan bernilai nol atau negatif2.Harga mutlak dan koefisien temperatur
dari termistor PTC jauh lebih besar dari pada termistor NTC.
Termistor
PTC
·
Jenis
– jenis PTC
§
Jenis pertama terdiri dari thermally
sensitif silicon resistors, kadang-kadang disebut sebagai “Silistors”. Device
ini menunjukkan nilai koefisien suhu positif yang cukup seragam (sekitar 0,77%
/°C) kebanyakan dari silistor melalui berbagai wilayah/rentang operasional,
tetapi dapat juga menujukkan koefisien suhu negatif di wilayah temperatur yang
melebihi 150° C. Device ini paling sering digunakan untuk kompensasi terhadap
device semiconducting silicon dalam kisaran temperature antara -60° C ke 150°.
§
Jenis kedua merupakan polycrystalline
bahan keramik yang biasanya resistivitasnya tinggi tetapi terbuat dari
semiconduktor dengan penambahan dopants. Umumnya dibuat dari campuran barium,
timah dan strontium titanates dengan tambahan seperti yttrium, manganese,
tantalum dan silika. Device ini memiliki daya tahan-suhu karakteristik negatif
yang sangat kecil. Koefisien suhu device ini hingga mencapaisuhu yang kritis,
yang disebut sebagai “Curie”, perubahan atau transisi suhu. Suhu kritis ini
merupakan pendekatan, device ini mulai menunjukkan peningkatan, resistansi suhu
coefficient positif seperti peningkatan resistansi yang besar.
·
Cara Penggunaan Sensor Termistor
Cara penggunaan termistor,sama
halnya dengan cara penggunaan thermometer. Hanya perbedaannya adalah termistor
digunakan untuk mengukur suhu pada resistor. Ketika termistor mengalami
pemanasan atau ketika termistor berada dekat dengan sumber kalor, termistor
akan menilai perubahan yang bergantung pada temperatur yang dilingkiupinya
·
Karakteristik Termistor
Adapun karakteristik termistor yang
seperti ditunjukkan pada grafik diatas yaitu semakin besar resistance maka suhu
yang terukur adalah semakin rendah begitu pula sebaliknya semakin kecil
resistansi maka suhu yang dihasilkan semakin tinggi.
·
Pengaplikasian
Termistor digunakan dalam berbagai
aplikasi, dan berikut ini beberapa aplikasi termistor yang paling populer:
1.Sensor suhu
Mungkin ini sudah sangat jelas, termistor berfungsi
sebagai sensor suhu yang biasa digunakan dalam berbagai aplikasi. Termistor
merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling akurat dalam pengukurannya,
selain itu termistor memiliki stabilitas jangka panjang yang sangat baik (tidak
terpengaruh oleh penuaan), mungkin inilah salah satu alasan yang menjadikan termistor
begitu di terima menjadi sensor yang paling menguntungkan untuk banyak
aplikasi, termasuk pengukuran suhu dan kontrol. Termistor berbeda dengan RTD
(Resistor Temperature Detector), bahan-bahan termistor umumnya merupakan
keramik atau polimer, sementara RTD menggunakan logam murni. Termistor juga
memiliki waktu respon yang lebih cepat dari pada RTD. Selain itu RTD juga
digunakan dalam rentang suhu yang lebih besar, sementara termistor hanya dalam
rentang suhu yang terbatas sekitar - 90⁰ C sampai 130⁰ C, namun
termistor mungkin memiliki ke akuratan pengukuran yang lebih baik dibanding
RTD.
2.Pembatas lonjakan arus
Termistor biasanya juga digunakan sebagai pembatas
lonjakan arus. Termistor membatasi lonjakan arus untuk menghindari kerusakan
komponen secara bertahap dan untuk mencegah sekring atau juga circuit breaker
putus atau trip. Jenis termistor yang biasanya digunakan sebagai pembatas arus
ini adalah termistor NTC. Jadi pada awalnya resistansi termistor yang tinggi
akan menahan aliran arus yang besar, dan ketika dalam beberapa detik arus terus
mengalir, termistor NTC akan memanas, sehingga resistansinya menurun dan
memungkinkan arus normal mengalir ke rangkaian.
3.Proteksi sirkuit
Termistor juga bisa digunakan untuk melindungi sirkuit
atau rangkaian dengan cara memutus aliran arus (sebagai pengganti sekring).
Jenis termistor yang digunakan untuk melindungi sirkuit ini adalah termistor
PTC. Jadi pada normalnya termistor PTC akan membolehkan aliran arus mengalir ke
rangkaian, dan ketika ada arus berlebih yang mengalir melalui termistor, maka
termistor PTC akan memanas, dan memanasnya suhu atau meningkatnya suhu ini akan
meningkatkan resistansi dari termistor PTC, sehingga aliran arus akan terhambat
atau terputus.
Gambar rangkaian yang ditunjukkan di
bawah ini akan menjelaskan bagaimana sebuah rangkaian sederhana yang akan aktif
ketika suhu atau temperatur meningkat. Dimana rangkaian tersebut menggunakan
komponen thermistor, resistor tetap, transistor dan tegangan supply. Jadi
begini, resistansi termistor akan menurun saat suhu meningkat, sehingga
termistor menyuplai arus basis transistor, yang transistor akan aktif dan
menjadi konduktor mengalirkan arus ke beban. Nilai resistor tetap tergantung
pada termistor yang digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar